Monday, November 29, 2010

Running

Setapak demi setapak Ia hentakan kedua telapak kakinya di tanah yang cukup keras. Nafasnya memburu seiring suara angin yang timbul akibat adanya gerakan yang dinamis dan bertempo cepat . Kedua matanya tajam. Tak sedikitpun menunjukkan adanya kesedihan ataupun kebahagiaan, hanya sedikit obsesi dan banyak optimis disana. Ia tak perduli lagi biar ribuan mata menatapnya. Tak perduli lagi dengan tangisan seorang anak di pinggir jalan ataupun suara pilu seorang pengemis meminta sejumput nasi. Ia hanya terus berlari. Tubuhnya jelas sudah basah kuyup. Kaos tanpa lengan yang dikenakannya basah dan diyakini hanya ada sidikit bagian yang tak terkena keringatnya. Celana pendek nya pun turut basah. Ini bukan sebuah kebodohan. Ini bukan tanpa arti. Ini adalah interpretasi.

Tengah menikmati deru angin dan kecepatan yang sulit untuk dihentikan, ada banyak hal yang menembus kosentrasinya. Hal-hal yang mampu membuatnya ingin berlari lebih kencang. Ingin menjelajah lebih banyak tempat. Ingin melihat dunia lebih luas. Perlu diingatkan bahwa ini bukanlah suatu adegan dalam Forrest Gump, namun bisa dibilang, terinspirasi.

Cinta adalah yang utama. Ia ingin mencari cinta. Bukan berarti hidupnya kurang akan kasih dan cinta manusia. Ia punya cukup. Bahkan lebih dari cukup. Dengan berlari menjelajah , Ia mendapati dirinya tahu jenis-jenis cinta. Ciri-ciri cinta. Wujud dari cinta yang berbentuk abstrak namun terpancar dari manusia . Bisa dilihat dari mata. karena mata memiliki sejuta makna.

Berlari merupakan wujud visinya untuk memacu diri sendiri. Manusia terlahir tidak sempurna. Dengan berlari,Ia mendapati dirinya untuk lebih tangguh menghadapi setiap rintangan. Ia tahu bagaimana menyesuaikan diri sesuai kondisi. berlari merupakan salah satu jalan untuk mempelajari medan kehidupan. Bagaimana mengahadapi jalanan yang mulus saja, berpasir, atau berbatu bahkan lembap, licin. Tidak mudah untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam kondisi lelah dan medan yang berubah-ubah disetiap tempat. Ia terapkan hal itu dalam hidup.

Bahkan baginya, berlari merupakan latihan tersenyum. Ia mendapati dirinya tetap bisa tersenyum dibalik semua kelelahan yang ia dapat . dibalik semua luka yang didapatnya akibat jatuh ataupun sekedar terpeleset karena perubahan medan tadi.dan Ia berhasil.

Dan Ia mendapati, bahwa berlari bukanlah sekedar mengenai tenaga, olahraga ataupun kecepatan. Namun juga nilai-nilai kehidupan..


thanks for reading. =) any comments will be pleasure.
semudah itukah Ia menghempas apa yang telah diraih?
semudah itukah Ia mengatakan kata-kata yang mampu membunuh seseorang secara perlahan?
semudah itukah ?

manusia diciptakan untuk berpasang-pasangan.
ada wanita dan ada pria.
diciptakan untuk saling hidup berdampingan,
bukan untuk saling melukai, membohongi dan menyakiti.

kawan, lupakan saja dia.
biarkan tenggelam dalam laut terdalam,
menghilang di ujung garis bumi.

berdiri dan hadapi kembali dunia layaknya engkau mengisi detikmu dengan tawa.
percayalah bahwa Tuhan telah menyiapkan yang jauh lebih baik darinya.
percaya bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan :)

Thursday, November 18, 2010

Berbeda ternyata memanglah bukan sesuatu yang harus diperbincangkan secara negatif. terinspirasi dari kisah Kurt -tokoh dari drama seri populer Amerika, Glee- di episode ke-6 season 2C, berhasil membuka pikiran saya tentang menjadi seseorang yang berbeda. bukan berbeda secara dibuat-buat, melainkan berbeda secara alami. sosok Kurt yang feminin dalam serial Glee ini, berhasil menggerakkan hati saya bahwa seorang Gay juga manusia. tidak layak untuk digunjingkan, dihina atau dikucilkan. Ia berhasil membuktikan bahwa orang-orang seperti Kurt mampu bertahan walau harus merasa berbeda seumur hidupnya.

sosok Kurt hanya merupakan satu dari puluhan bahkan ratusan contoh lainnya. Bahwa menjadi seorang yang berbeda bukan berarti tidak memiliki sesuatu yang istimewa. sebuah group vocal dalam acara 'Suara Indonesia' berhasil membuktikan potensi walau mereka dibatasi oleh keterbatasan fisik. Kurt mampu menghidupkan sebuah pertunjukkan musikal dengan sangat baik. seorang mahasiswa di kampus saya tidak pernah malu untuk belajar dan bersosialisasi walau harus menggunakan kursi roda. mereka sesuangguhnya adalah orang-orang yang istimewa karena selain mereka mampu melewati segala keterbatasannya, mereka mampu menunjukkan pada semua orang bahwa mereka istimewa.

menurut saya, Glee episode 6 ini adalah episode terbaik yang pernah saya tonton di Glee. Karena mampu membuka mata dan menyadarkan saya bahwa yang berbeda juga harus diperlakukan sama. karena kita sama memilih darah yang mengalir, nadi yang berdenyut nyawa, dan perasaan. mungkin saya terlihat seperti sedang ber-promosi, tapi coba luangkan sedikit waktu kalian, dan nikmati hikmah di balik Glee episode 6 season 2C. ;)

Wednesday, November 17, 2010

efek budaya membaca terhadap kemampuan menulis seseorang

Judul di atas adalah judul yang saya gunakan untuk melengkapi tugas mata kuliah penulisan karya ilmiah dan metodologi penelitian. Entah kenapa, topik ini cukup menyedot perhatian saya karena hal ini terjadi pada teman dan orang-orang terdekat. Saya berpendapat bahwa aktifitas membaca tidak hanya berguna untuk menambah wawasan, tetapi juga kemampuan seseorang dalam aktifitas tulis menulis. Ternyata pendapat tersebut didukung oleh Hernowo dalam bukunya ‘andaikan buku itu sepotong pizza’ bahwa dampingi proses penulisan dengan membaca buku sebanyak-banyaknya. Ia menyampaikan bahwa buku merupakan gudang diksi, dimana seseorang dapat menemukan berbagai diksi baru di setiap jenis buku yang berbeda. Itu berarti, semakin banyak kita membaca buku, maka semakin banyak pula diksi yang dapat kita serap dan diaplikasikan dalam aktifitas menulis kita. Menurut saya, menemukan diksi yang tepat sehingga tulisan menjadi enak dan indah merupakan salah satu dari tantangan dalam menghasilkan sebuah tulisan. Masih dalam buku ‘andaikan buku itu sepotong pizza’, seorang peneliti bahasa bernama Krashen Pennebaker mengungkapkan bahwa “writing style does not come from writing, but reading” dan “writing quantity is not related to writing quality”. Jelas dari kedua pendapat Krashen tersebut bahwa tulisan yang baik dapat dihasilkan dari orang yang banyak membaca.

Saya memiliki seorang teman yang tidak suka membaca buku dan selalu menemukan kesulitan saat mengerjakan tugas seperti membuat proposal, karya ilmiah atau bahkan karangan singkat (karena jurusan yang saya dan teman ambil adalah sastra, maka banyak tugas yang bersifat mengarang). Ia tidak hanya mengalami kesulitan dalam pemilihan kosakata, tetapi juga dalam pembuatan sebuah kalimat. Saya dan teman lain mencoba mendukung dia saat mengerjakan tugas dengan membiarkan Ia bebas menulis terlebih dahulu dan saat saya baca, kalimat sederhana pun agak berantakkan baik dalam pemilihan diksi ataupun kata hubung. Dari kejadian inilah, saya juga cukup yakin bahwa benar adanya efek aktifitas membaca mampu mengembangkan kemampuan seseorang dalam menulis.

Saya bercita-cita kelak ingin membuat sebuah buku best-seller, tapi entah mengapa sampai saat ini saya tidak pernah puas dengan apa yang saya tulis. Salah satu factor kurangnya percaya diri saya semata-mata karena merasa bahwa tulisan saya belum memiliki kualitas yang saya anggap baik. Saya merasa masih harus lebih banyak melihat kehidupan, belajar dan membaca buku. Saya tidak ingin menjadi seorang penulis yang asal tulis saja, tapi saya ingin pembaca mampu mendapatkan sesuatu yang baru saat membaca tulisan saya. Oleh karena itulah, hingga kini saya masih berusaha belajar dan melahap lebih banyak buku guna menghasilkan tulisan yang saya harapkan. Berharap kelak saya bisa menghasilkan tulisan yang tidak hanya menyenangkan secara cerita, tetapi juga memberikan banyak informasi yang bermanfaat untuk para pembaca. J

Thursday, November 11, 2010

Who Packs your Parachute ?

Charles Plumb was a U.S. Navy jet pilot in Vietnam. After 75 combat missions, his plane was destroyed by a surface-to-air missile. Plumb ejected and parachuted into enemy hands. He was captured and spent 6 years in a communist Vietnamese prison. He survived the ordeal and now lectures on lessons learned from that experience.

One day, when Plumb and his wife were sitting in a restaurant, a man at another table came up
and said, You're Plumb! You flew jet fighters in Vietnam from the aircraft carrier Kitty Hawk. You were shot down!

How in the world did you know that? asked Plumb. I packed your parachute, the man replied.
Plumb gasped in surprise and gratitude. The man pumped his hand and said, I guess it worked!
Plumb assured him, It sure did. If your chute hadn't worked, I wouldn't be here today.

Plumb couldn't sleep that night, thinking about that man. Plumb says, I kept wondering what he might have looked like in a Navy uniform: a white hat, a bib in the back, and bell-bottom trousers. I wonder how many times I might have seen him and not even said 'Good morning, how are you?' or anything because, you see, I was a fighter pilot and he was just a sailor. Plumb thought of the many hours the sailor had spent on a long wooden table in the bowels of the ship, carefully weaving the shrouds and folding the silks of each chute, holding in his hands each time the fate of someone he didn't know.
Now, Plumb asks his audience, Who's packing your parachute? Everyone has someone who provides what they need to make it through the day. Plumb also points out that he needed many kinds of parachutes when his plane was shot down over enemy territory - he needed his physical parachute, his mental parachute, his emotional parachute, and his spiritual parachute. He called on all these supports before reaching safety.
Sometimes in the daily challenges that life gives us, we miss what is really important. We may fail to say hello, please, or thank you, congratulate someone on something wonderful that has happened to them, give a compliment, or just do something nice for no reason.


taken from : www.yourlifehappiness.com .

sudut kampus :)

saya menikmati saat-saat saya menyendiri di sudut kampus. hanya ada saya yang bersender di tembok marmer lobi universitas al-azhar ditemani laptop dan modem (karena laptop saya gabisa wi-fi). dipikir-pikir, sudah kurang lebih 3 (tiga) tahun saya duduk di lantai dan bersender di tembok yang sama. melihat suasana yang sama. orang-orang yang kurang lebih sama, satpam yang sama, dan budaya yang sama. bisa dibilang di tempat inilah saya banyak menghabiskan waktu belajar, bersosialisasi dan berorganisasi. melihat waktu yang telah lalu, jika banyak orang bilang bahwa masa yang paling menyenangkan adalah masa SMA, hal itu sama sekali tidak berlaku buat saya. tidak ada kata-kata masa SMA adalah masa paling indah dalam kamus kehidupan saya, namun saya bisa bilang waktu yang paling menyenangkan adalah masa kuliah. saya, bisa dibilang, cukup menikmati lika liku kehidupan seputar kampus dan mahasiswa.

ditemani dengan teman-teman sekelas senasib seperjuangan, bersama-sama menghabiskan waktu untuk belajar, tertawa dan menggila.
<---
pusing belajar kanji, tata bahasa dan mata kuliah lainnya berhasil kami hapuskan bersama dengan tertawa sesuka hati pure untuk melepaskan penat dan padatnya jadwal kuliah (senin-sabtu).
tidak ada satupun rahasia yang bisa ditutupi disini dan tidak ada satupun rasa segan untuk menceritakan hal apapun. :)



I really am love them, they're such an amazing friends in my college. soon, when I had a great success in my life, I'll share my happiness to them :* (kiss and hug for all of you Guys!)
once you get A , then you'll hate B :)

Monday, November 8, 2010

The story of two teardrops

Two little teardrops were floating down the river of life. One drop said to the other, "I am the teardrop of a girl who loved a man and lost him." Who are you? "Well, I am the teardrop of the girl who won him."

Love is very strange. Love is unconditional commitment to an imperfect individual. You need it but when you love, it's like destining yourself for pain. You become addicted and dependent on the person. You become strong and at the same time, you open yourself up to being hurt. Love can make you bear any kind of pain and any kind of sacrifice. It can also make you feel stupid and act stupidly. Sometimes when you love and end up giving so much of yourself, subconciously you only discover how much you've given when the person you love hurts you or has to say goodbye.

Then you realize, an important part of yourself is already with that person. It goes away when he leaves and you are left with a sickening, empty feeling inside.

Tears are bound to shed from your eyes no matter how you force yourself to keep them in. Most teardrops ever shed on this earth have been for love or lack of it. When tears dry, a silent loss sticks to your heart for a long, long time.

Well, that's what you get for caring so much about someone. But how can you regret it? To give yourself freely and lovingly is the most beautiful thing you can do. Loving makes you real. Loving also makes you cry. And that is why a teardrop is also BEAUTIFUL.


this story taken from :

http://www.gagirl.com/stories/twoteardrops.html
I wanna have more of this, more of that, more, and more ..
that's what we called human.
believe me, sometimes you'll feel alone even you're part of a biggest party in the world !
more you read your write, more you feel dissatisfied..

A cry for Help

Once upon a time, there was an island where all the feelings lived: Happiness, Sadness, and all of the others, including Love.

One day it was announced to the feelings that the island would sink, so all repaired their boats and left.

Love was the only one who stayed. Love wanted to persevere until the last possible moment.

When the island was almost sinking, Love decided to ask for help.

Richness was passing by Love in a grand boat. Love said, "Richness, can you take me with you?" Richness answered, "No I can't..There is a lot of gold and silver in my boat. There is no place for you here."

Love decided to ask Vanity, who was also passing by in a beautiful vessel, "Vanity, please help me!" "I can't help you Love. You are all wet and might damage my boat," Vanity answered.

Sadness was close by so Love asked for help, "Sadness let me go with you." "Oh...Love, I am so sad that I need to be by myself!"

Happiness passed by Love too, but she was so happy that she did not even hear when Love called her!

Suddenly, there was a voice, "Come Love, I will take you." It was an elder. Love felt so blessed and overjoyed that he even forgot to ask the elder her name.

When they arrived at dry land, the elder went her own way. Love, realizing how much he owed the elder, asked Knowledge, another elder, "Who helped me?"

"It was Time," Knowledge answered.

"Time?" asked Love. "But why did Time help me?

Knowledge smiled with deep wisdom and answered, "Because only Time is capable of understanding how great Love is.


http://www.gagirl.com/stories/acryforhelp.html