Tuesday, February 19, 2013

The breathtaking Grand Canyon

Kalau saya boleh mendeskripsikan seperti apa Arizona, maka kata-kata yang terlintas di benak saya pertama kali adalah panas yang luar biasa. Suhu Arizona yang naik-turun, bahkan saat musim semi, menjadikan Arizona sebagai tempat yang menurut saya sangat unpredictable, terutama jika bicara soal cuaca. Selain panas yang luar biasa, udara yang kering membuat Arizona jauh sangat berbeda dengan Indonesia yang lembab. Bisa dibilang, cobaan paling berat untuk kebanyakkan pelajar Indonesia disana ialah penyesuaian cuaca.

Namun saya tidak akan membahas lebih jauh tentang cuaca di Arizona. Karena dibalik semua itu, Arizona menyimpan pemandangan alam yang luar biasa indah dan bahkan mampu membuat kita tahan nafas. Sebut saja kata-kata saya barusan berlebihan, tapi memang hal itulah yang saya rasakan saat saya berkunjung ke beberapa tempat indah disana. Sebut saja salah satunya Grand Canyon yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para pembaca. Grand Canyon bisa dibilang sebagai salah satu ‘harta-karun’ alam Arizona. Bahkan, Arizona sendiri disebut-sebut sebagai “The Grand Canyon State”.


Karena keindahannya, Grand Canyon menjadi salah satu lokasi alam yang banyak dikunjungi. Menurut buku yang saya baca berjudul “Arizona, Scenic Wonders of the Grand Canyon State”, Grand Canyon tidak hanya terkenal akan keindahan alamnya, tetapi juga kaya akan sejarah geologis, historik dan biologis. Bentuk dan liku-liku yang bisa kita lihat di Grand Canyon kini ternyata melalui proses geologis yang beragam dan panjang, seperti pengaruh cuaca, proses erosi, sedimentasi, vulkanis dan masih banyak lagi yang lainnya. Terciptanya keindahan Grand Canyon juga berkat adanya kontribusi Sungai Colorado yang melintasi Grand Canyon sepanjang 277 miles. Sungai Colorado yang melintas di Grand Canyon itu sendiri memiliki lebar 300 kaki dan kedalaman 40 kaki. Sayangnya, saya tidak mendapatkan kesempatan untuk melihat secara dekat sungai Colorado yang melintasi Grand Canyon. 


Masih mengacu pada referensi buku yang sama, proses alam yang beragam dan memakan waktu panjang ini juga berhasil membentuk keanekaragaman kehidupan tumbuhan dan spesies hewan. Tercatat dari mulai dasar tebing hingga hutan yang ada di North Rim, komunitas biotiknya terdiri atas 1800  species tanaman, 355 spesies burung, 89 spesies mamalia, 47 spesies reptil, 17 spesies ikan dan 19 spesies amphibi. Selain itu, Grand Canyon pun menjadi tempat tinggal beberapa suku lokal di Arizona.


Pengunjung yang datang ke National Park ini bisa menikmati keindahan Grand Canyon dari sisi utara dan selatan (The South and North Rim). Kebanyakkan orang menikmati keindahan alamnya di bagian selatan. Adapun sebuah bangunan yang terkenal yang disebut sebagai “The watchtower” yang terdapat di tepi tebing Grand Canyon.


Saya dan teman-teman menikmati pemandangan Grand Canyon tepat di sebuah lokasi di pinggir tebing yang terkenal. Bentuknya seperti sebuah studio dengan suvenir-suvenir khas Grand Canyon. Selain bisa membeli suvenir disini, kita pun naik ke bagian atapnya untuk melihat langsung keindahan Grand Canyon yang banyak dibicarakan orang. Benar saja, it was really breath-taking! Melihat ke sekeliling seolah tak ada batas, liku-liku tebing Grand Canyon sangat indah dan sesungguhnya memang tidak cukup untuk di deskripsikan dengan kata indah saja. Jika kita melihat foto Grand Canyon di internet saja sudah indah, melihat langsung bisa jadi berkali-kali lipat lebih indah. 




Saya dan teman-teman merasa amat beruntung karena bisa menjejakkan kaki di salah satu tempat wisata alam dan salah satu lokasi “natural heritage” yang terkenal di seluruh dunia. Tentu kami pun tidak mau melewatkan kesempatan ini untuk mengabadikannya dalam gambar sehingga mampu membuat kami mengingat kembali apa yang kami lihat dan kami rasakan saat berada di Grand Canyon.



So, that's all my story for tonight. Hope you enjoy the story dan semoga bermanfaat :)

notes: Gambar pertama dan kedua saya ambil dari website lain sementara gambar lainnya murni milik pribadi. Thanks to Putri for the camera, btw :)

Here I am, write and share!
*cheers 

Sarita :)





Friday, February 15, 2013

"percaya - gak percaya"

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya manusia memang tak pernah luput dari kata ‘percaya-gak percaya’. Contohnya, saat kita bertanya apa apa kamu percaya hantu? Beberapa akan menjawab “ya…percaya-gak percaya sih”. Atau mungkin saat suku Maya meramalkan bahwa tanggal 21 Desember 2012 kemarin adalah akhir dari dunia, beberapa orang juga menjawab “percaya-gak percaya”. Begitupun jika kita bicara tentang topik lainnya seperti reinkarnasi atau mati suri.

Tulisan saya kali ini masih seputar tentang “percaya-gak percaya”. Sedikit berbeda dengan yang di atas, yang berikutnya akan saya ceritakan ialah apa yang saya alami. Tentang bagaimana manusia percaya dengan manusia lainnya dan ketidakpercayaan. Mungkin saja kalian, para pembaca, pernah mengalami hal yang sama.

Malam itu, saya merasa lelah luar biasa setelah akhirnya sampai kembali di Jakarta sepulangnya dari puncak untuk acara field trip paduan suara kampus. Karena faktor lelah, barang bawaan yang banyak dan waktu yang sudah memasuki pukul 7 malam, saya pun memutuskan untuk pulang naik taksi dari kampus untuk alas an keamanan jika dibandingkan dengan naik bis. Kebayang harus naik turun bis, di terminal seorang diri, bawa-bawa gitar dan ransel. Saya pun memberhentikan taksi yang dikenal orang dengan kualitas keamanan yang baik di depan kampus.

Terlepas dari pemikiran negatif akan banyaknya kasus kriminal yang terkait dengan angkutan umum baik setara angkot ataupun taksi, saya pun dengan tenang naik taksi dan segera menghafal nomor taksi tersebut (untuk berjaga-jaga). Di perjalanan, saat saya hampir terlelap, supir taksi pun membuka pembicaraan. Cerita si supir taksi diawali dengan kasus penipuan yang ia alami. Menurut ceritanya, hari itu si supir taksi baru saja ditipu seorang wanita. Wanita yang merupakan seorang penumpang berhenti di suatu tempat dan bilang ke supir taksi untuk tunggu karena Ia mau pergi ke toilet sebentar. Percayalah si supir taksi karena wanita tersebut meninggalkan clutch bag-nya di dalam taksi. Si supir taksi pun menunggu hingga 1 jam, tapi si penumpang tak kunjung kembali. Seseorang pun berkata pada supir taksi untuk cek dompet yang ditinggalkan. Begitu dibuka, ternyata dompet tersebut kosong tak berisi sama sekali. Kasihan si supir taksi, harus menutupi kekurangan biaya tersebut yang kurang lebih 50ribuan.

Cerita tersebut mengawali cerita masa lalu si supir taksi. Bahwa dulu supir taksi itu ialah seorang supir angkot yang kemudian memutuskan untuk jadi supir taksi karena ingin merubah nasib. Katanya uang penghasilan jadi supir taksi jauh lebih baik daripada jadi tukang angkot. Ceritapun merembet tentang bagaimana pengalaman pak supir taksi tentang pencopet-pencopet di angkot selama Ia jadi supir angkot. Dengan penuh minat saya menyimak cerita supir taksi tersebut karena saya pun sudah kuranglebih 5 kali jadi korban baik pencopetan atau penodongan di angkot. Saya pun simpati bahwa ternyata, dibalik seluruh kisah kriminalitas supir angkutan, ternyata bapak supir yang satu ini bukan seperti supir lainnya yang saya banyak dengar di berita-berita.

Sesampailah dirumah, ceritalah saya dengan orang rumah dengan kisah bapak supir taksi yang baik hati namun naas karena ditipu penumpang. Tetapi apa reaksinya? “Hati-hati, yang kaya gitu ntar Cuma buat ambil simpati aja tuh supaya dikasih uang lebih”. Saya pun bingung total dan bertanya-tanya dalam benak saya. Bagaimana bisa supir taksi yang baik hati ternyata justru malah membawa kecurigaan bagi orang lain?

Cerita saya diatas merupakan sebuah fakta bahwa pada kenyataannya terkadang sulit bagi manusia untuk saling mempercayai satu sama lain. Tetapi bagi saya, bukannya tidak waspada, sebisa mungkin hindari pikiran-pikiran negatif. Bagaimana relasi antar manusia bisa berjalan dengan baik jika tidak ada rasa kepercayaan satu sama lain? Saya tidak tahu apakah kamu setuju dengan saya bahwa si supir taksi baik hati itu memang sedang apes atau bahkan kamu lebih memilih berpendapat bahwa itu hanya akalan si supir taksi untuk mengambil simpati orang lain. Yang pasti, menurut saya, basic harmonisasi kehidupan antara manusia didukung (salah satunya) oleh factor kepercayaan.

Saya bisa membayangkan, bagaimana jika kita hidup sebagai manusia namun penuh akan kecurigaan terhadap orang lain? Menurut saya, hal itu justru hanya menyiksa ketentraman diri saya sendiri saja. Mau naik angkot, lirik orang sekitar bawaannya curiga, was was dan cemas. Naik taksi, bis atau ojek jadi deg-deg an karena takut dibawa kabur. Ke supermarket seorang diri jadi lirik kiri-kanan karena takut tiba-tiba disergap dari belakang. Pemikiran-pemikiran seperti itu yang menurut saya justru menyiksa diri sendiri dan malah akan memancing terjadinya hal tersebut pada diri kita.

Akan lebih menyenangkan jika kita berpositif ria. Waspada itu memang perlu, tetapi bukan berarti waspada membawa kita pada pemikiran-pemikiran negatif tentang orang lain yang bahkan kita sendiri belum kenal.

So, selamat ber-positif ria dan tetap waspada! :D

*cheers,

Sarita