Monday, July 23, 2012

Napak Tilas di Hari Anak Nasional

Melihat masa kini dan kemudian mundur kira-kira 14 tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, begitu banyak hal yang telah berubah terutama dalam kehidupan anak-anak. Luar biasa canggihnya generasi anak zaman sekarang dengan segala kemudahan teknologi. Bahkan, keponakkan saya yang masih berusia 2 tahun saja sudah gemar menggenggam tablet dan bermain angry bird. Tetapi, kali ini saya tidak akan mengupas kehidupan anak zaman sekarang, melainkan lebih kepada mundur sebanyak 14 tahun yang lalu dan mengenang indahnya hidup anak kecil di era 90an. Tulisan ini hanyalah sekedar tulisan hiburan untuk bernostalgia terkait dengan hari ini yang bertepatan dengan hari anak nasional.

Postingan kali ini penuh hiburan. Jadi, mari kita nostalgia bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng dan flashback bareng-bareng. Enjoy!


TOP 5 kartun favorit saya tahun 90an:

1. HONEY BEE HUTCH


 


2. SAILOR MOON



3. WEDDING PEACH


4. DORAEMON

 

5. KAPTEN TSUBASA








TOP 5 TONTONAN NON-KARTUN:

1. AMIGOS X SIEMPRE


2. KERA SAKTI


3. CAR RANGER

 
4. CILUKBA

http://1.bp.blogspot.com/-Ww8zrLEsUSU/TamGIdOgtNI/AAAAAAAAA-E/UULLENUCxX0/s1600/Maissy%2BCi%2BLuk%2BBa.jpg

5. TRALALA-TRILILI


http://2.bp.blogspot.com/-r9nIzErygig/T-8H113PqeI/AAAAAAAAAGE/beUKHT9LWBE/s1600/img_110782_tralala-trilili-rcti-opening-1998.jpg


Selain saya menyebut top 5 acara kartun dan non kartun favorit saya semasa kecil, berikut juga top 5 lagu anak-anak favorit saya. Let's sing it together! :D

TOP 5 LAGU ANAK-ANAK:

1. DI OBOK-OBOK


2. ANDAI AKU BESAR NANTI

3. KUTAKUT MAMAKU MARAH


4. ANAK GEMBALA



5. KATANYA


Saya masih ingat jelas bagaimana saya enggan beranjak dari depan televisi demi episode per episode dari Sailor Moon ataupun Wedding Peach. Air mata saya tumpah tiap nonton honey bee hutch. Masing inget juga betapa senengnya kalau cilukba atau tralala trilili udah dimulai. Papa pun selalu nyanyi lagu Air dari Joshua karena tahu saya suka banget sama lagu itu waktu kecil. Hahaha.

Bisa dibilang, saat saya masih anak-anak, saya tidak merasakan kurang hiburan. Hiburan yang ada pada saat itu ialah hiburan yang memang tepat untuk anak-anak. Saya cukup sedih saat melihat anak kecil perempuan lebih suka liat-liat sepatu wedges untuk anak-anak di mall ketimbang beli tongkat ala wedding peach dan sailor moon. Well, no hard feeling. Saya menulis kali ini untuk bersenang-senang. Semoga kalian yang baca ikut senang yaaa..walaupun mungkin punya top 5 versi masing-masing (n_n)

Sunday, July 22, 2012

Indonesian Day di Arizona State University

Rasa nasionalis atau kecintaan kita terhadap Indonesia bisa dengan mudah dilihat saat Indonesia tengah berlaga di kompetisi-kompetisi tingkat internasional seperti AFF atau Uber-Thomas Cup. Kalau Indonesia tengah berlaga, saya merasakan aura yang berbeda karena mendadak seluruh warga memilih untuk menghabiskan waktu menonton pertandingan, menggunakan baju merah timnas di tempat umum, bahkan jumlah supporter yang luar biasa penuhnya saat saya menyaksikan pertandingan final AFF yang lalu di Gelora Bung Karno, Jakarta. Berada di tengah lautan merah putih dalam stadion, rasanya istimewa. Luar biasa. Apalagi saat menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Lantangnya luar biasa. Tetapi, begitu pertandingan berakhir, orang-orang kembali pada kesibukkan masing-masing. Perlahan aura nasionalis itu memudar. Sebenarnya nasionalis yang dirasakan itu memang hanya sekedar kalau sedang berprestasi saja, atau memang ada di dalam diri kita?

Bagi saya, nasionalis muncul saat saya berada di negeri orang. Saat saya dan 19 teman lainnya mendapatkan kesempatan belajar di Arizona, US, merupakan pengalaman tak terlupakan. Selain saya mendapatkan ilmu tentang Amerika, waktu yang saya habiskan disana membuat saya kemudian menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang luar biasa. Saya memang tidak membawa keterampilan tarian, permainan alat musik tradisional ataupun keterampilan khas Indonesia lainnya. Sejujurnya, sebelum saya menjejakkan kaki di Arizona, saya sama hal nya dengan masyarakat lain yang antusias saat Indonesia berprestasi kemudian masa bodoh setelah hal itu berlalu. Namun, pengalaman ini membuat saya kemudian mendadak jatuh cinta pada negara ini. Terlepas dari segala kekurangannya, saat saya berada di negeri orang, kangen luar biasa sama Indonesia rasanya susah unuk ditahan. Mungkin perasaan ini juga dirasakan oleh ratusan bahkan ribuan orang Indonesia lainnya yang pernah atau sedang berada di luar negeri.

Saya dan 19 orang-orang luar biasa lainnya merancang pembuatan Indonesian Day sejak dari sebelum keberangkatan kami ke Arizona. Jujur (lagi), awalnya saya menjadikan Indonesia Day ini sebagai tradisi karena melihat angkatan sebelumnya membuat kegiatan yang sama. Melihat teman-teman lainnya siap dengan keterampilan khas Indonesia nya, saya cukup minder melihat saya tidak membawa keterampilan apapun. Lantas, satu-satunya keterampilan yang saya bawa ialah keterampilan organisasi. Saya pun dipercaya teman-teman dan kemudian berkontribusi dalam kegiatan ini sebagai event coordinator.

Indonesian Day merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan kayanya Indonesia akan keanekaragaman. Hal ini didukung dengan anak-anak yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia; Barat, Tengah, dan Timur. Sedemikian rupa kami ber-20 merancang kegiatan ini didukung dan dibantu oleh Permias (Indonesia Student Association). Kami saling berbagi tugas dan yang paling penting berlatih tiada henti. Keinginan kami untuk menampilkan yang terbaik membuat kami terpacu untuk berlatih. Tidak ada perjalanan yang tak berbatu. Well,pembuatan acara ini berjalan tidak mulus. Hambatan secara teknis ataupun sedikit slek disana-sini menjadi hal yang wajar dan saya rasa terjadi di setiap proses pembuatan suatu acara. Namun pada akhirnya acara ini dapat dilaksanakan dan masalah-masalah tersebut perlahan-lahan terselesaikan. Secara resmi, acara ini pun dilaksanakan di Farmer Education Building Arizona State University pada tanggal 20 April 2012.


Kegiatan ini dilaksanakan dengan beragam pertunjukkan dari mulai tarian, nyanyian, fashion show hingga lomba-lomba 17-an. Tarian yang ditampilkan antara lain: Tari Topeng, Tari Indang dan Tari Cakaiba. Selain tarian, adapun lagu-lagu tradisional berbahasa daerah antara lain: seroja, rek ayo rek, dan yamko rambe yamko. Lomba-lomba yang kami selenggarakan ialah lomba-lomba 17-an yaitu lomba makan kerupuk dan lomba sendok kelereng. Tak lupa adanya penampilan pencak silat dan perkenalan budaya Indonesia dalam sesi fashion show yang menampilkan 20 peraih beasiswa dari Indonesia dengan menggunakan 20 baju adat yang berbeda, merepresentasikan daerah masing-masing. Fashion show ini lengkap dengan adanya iringan lagu daerah dengan slide show mengenai keistimewaan daerah masing-masing.

Bagi saya, keindahan yang luar biasa terletak pada saat kami menyanyikan Indonesia Raya. Perasaan saya saat itu campur aduk. Bahagia, bersyukur, terharu, dan bangga dalam waktu yang bersamaan. Saya,masih dengan amat jelas, melihat kurang lebih 150 audience yang terdiri dari orang-orang Indonesia di Arizona dan tamu asing yang terdiri dari guru, staf dari AECP, hostfamily ataupun mahasiswa ASU lain. Masih jelas saya bisa melihat orang-orang Indonesia berdiri dengan gagah dan ikut bernyanyi bersama kami dengan lantang. Khidmatnya luar biasa, keheningan pecah akan kata dalam irama lagu Indonesia Raya ditengah gedung Farmer Education yang semi-outdoor. Saya rasa, disitulah titik dimana kemudian saya jatuh cinta luar biasa pada Indonesia. Bisa jadi, hal ini juga terjadi pada 19 sahabat lainnya juga.

Momen luar biasa lainnya ada pada saat penutupan, yaitu lagu Indonesia Jaya. Saat perancangan acara, saya bersemangat menyarankan untuk menyanyikan lagu ini kepada teman-teman lain. Kenapa? Karena saya bisa merasakan indahnya lagu ini setiap kali saya dan teman-teman paduan suara di kampus menyanyikan lagu ini. Simpel, saya ingin menampilkan keindahan yang sama di dunia internasional. Benar saja, walaupun tidak ada pembagian suara dan tidak didukung teknik vokal yang istimewa, penampilan saat itu tidak kalah indah dengan tampil bersama paduan suara. Susah payah saya menahan rasa terharu setiap kami berlatih lagu ini di sela-sela kesibukkan belajar di Arizona State University. Lagu ini mengingatkan saya untuk kembali bersyukur dan bersyukur. Bersyukur bahwa saya mendapatkan kesempatan emas ini, bersyukur bahwa saya berhasil menginjak tanah Amerika, bersyukur bahwa saya orang Indonesia...

Melihat penghayatan dan kesungguhan teman-teman berlatih setiap hari, we've been through a lot together. Pada akhirnya, di tengah keanekaragaman, di akhir acara ini, dengan alunan gitar akustik, bersama-sama kami bernyanyi lagu Indonesia Jaya dengan segenap hati dan bergandengan tangan. Luar biasa rasanya saya melihat 20 orang dengan 20 kostum yang berbeda tengah bergandengan tangan dan berbaur jadi satu. Dengan jelaspun saya melihat satu persatu wajah warga Indonesia lainnya yang menetap di Arizona melepaskan senyum simpul dan menyiratkan ekspresi "Saya orang Indonesia dan bangga akan hal itu".

Selepas acara, kami melakukan evaluasi singkat. Evaluasi berlangsung cukup emosional namun pada akhirnya itu menjadi titik bahwa kami jadi lebih menyatu dan memahami antara satu dan yang lainnya. Terlebih, seusai evaluasi, kami mendapatkan begitu banyak respon positif atas kegiatan tersebut dan senang rasanya melihat bahwa kini semakin banyak orang asing yang 'menyadari' kehadiran Indonesia dengan keanekaragaman dan keindahan.

Berikut adalah foto-foto yang menggambarkan suasana berlangsungnya acara pada saat itu:

 Latihan tiada henti, dimanapun, kapanpun ;)

 Tari Topeng

Pencak Silat Asad



Tari Cakaiba 

Tari Indang

Lomba makan kerupuk

Lomba balap sendok kelereng

Kemeriahan penutupan acara

Saya pun kini menganggap Indonesian Day ini tidak lagi sebagai suatu tradisi sebagai peraih beasiswa IELSP. Tetapi, lebih kepada kesadaran bahwa  Indonesia adalah negara yang kaya dan beragam. Kegiatan ini menjadi kontribusi kami kepada tanah air, Indonesia. Respon positif dari para pengunjung membuat kami merasa bahagia dan bangga karena telah memperkenalkan apa yang Indonesia miliki di dunia internasional. 

Terima kasih saya ucapkan pada tim kami yang luar biasa, yang terdiri atas 20 anak muda Indonesia. Terima kasih pada permias, keluarga besar Indonesia di Arizona, Amy (koordinator kelompok kami), dan seluruh pihak terkait yang membantu berlangsungnya acara hingga selesai. Terima kasih pada seluruh penonton yang hadir dan menikmati suguhan sederhana selama 2 jam yang sarat akan nilai budaya. Mudah-mudahan kegiatan ini mampu menginspirasi anak muda Indonesia lainnya atau siapapun yang mampir dan membaca tulisan ini. 

Mari lestarikan kembali budaya Indonesia.
'Masak' hingga matang budayanya. 
'Suguhkan' baik secara domestik atau internasional.
Bersiap untuk jatuh cinta (kembali) dan terus cinta ditengah keragaman dan perbedaan :)
Here I am, write and share :D

Sarita